
Menggali Warisan Budaya: Mahasiswa BIPA Mencoba Membuat Batik di Rumah Batik Hasan
Indonesia tidak hanya dikenal akan keindahan alamnya, tetapi juga dengan kekayaan budayanya. Salah satu seni tradisional yang menjadi ciri khas Indonesia adalah batik, sebuah karya seni yang sarat akan filosofi serta makna yang mendalam.
Dalam rangka mempelajari proses pembuatan batik, mahasiswa BIPA (Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing) telah mengadakan kunjungan edukatif ke Rumah Batik Hasan pada Rabu, 19 Maret 2025. Kunjungan ini tidak hanya memberikan wawasan baru bagi mereka, namun juga pengalaman langsung dalam pembuatan batik. Pada kunjungan kali ini, terdapat tiga mahasiswa BIPA Darmasiswa dari berbagai negara seperti Jepang, Aljazair, dan Irlandia, yang turut berpartisipasi. Mereka didampingi oleh empat orang tutor BIPA, serta dua orang staf Urusan Layanan Bahasa LaC yang bertugas untuk mendokumentasikan kegiatan.
Setibanya di Rumah Batik Hasan, para mahasiswa kemudian disambut dengan hangat oleh bapak Joni, seorang pemandu yang telah lama berkecimpung dalam dunia batik. Ia mengawali penjelasan dengan memaparkan latar belakang batik, mulai dari sejarah, filosofi yang terkandung dalam setiap motif, hingga perbedaan antara batik cap, batik tulis, dan batik kombinasi. Penjelasan ini memberikan perspektif baru bagi mahasiswa BIPA bahwa batik bukan hanya sekadar kain bermotif, namun juga sebagai sarana ekspresi budaya yang memiliki nilai seni tinggi.

Pak Joni memberikan penjelasan mengenai batik kepada mahasiswa BIPA
Rumah Batik Hasan sendiri memproduksi tiga jenis batik, yaitu batik cap, batik tulis, dan batik kombinasi. Batik tulis dibuat dengan menciptakan motif secara manual menggunakan canting berisi malam panas, sehingga hasilnya lebih detail dan unik. Sementara itu, batik cap dibuat menggunakan cetakan cap dari tembaga untuk membentuk pola secara lebih cepat dan seragam. Batik kombinasi, seperti namanya, merupakan perpaduan dari kedua teknik tersebut, yang menghasilkan karya dengan estetika khas.
Setelah mendengarkan penjelasan mengenai cara pembuatan batik, mahasiswa BIPA diajak untuk mencoba proses membatik. Mereka diberikan kain mori berukuran 60 x 60 cm sebagai media praktik dan bebas memilih metode pembuatan batik yang ingin mereka coba. Mereka dapat membuat batik cap dengan motif yang tersedia, batik tulis menggunakan canting, atau batik kombinasi dengan menggabungkan kedua teknik tersebut.
Sebelum mulai membatik, mereka harus memastikan bahwa malam yang akan digunakan sudah panas. Pada proses pembuatan batik cap, tahap selanjutnya adalah mencelupkan cap ke dalam malam dan mencapkannya ke permukaan kain. Pada proses ini, para mahasiswa BIPA dibimbing oleh staf di sana karena proses ini memerlukan kehati-hatian terhadap malam panas, serta ketelitian agar pola yang dihasilkan tampak rapi dan konsisten. Setelah menyelesaikan tahap cap, mahasiswa BIPA juga dapat menambahkan detail atau mengembangkan motif yang telah dibuat sebelumnya menggunakan canting.


Mahasiswa BIPA mencoba membatik menggunakan cap dan canting
Tahap berikutnya adalah pewarnaan. Sebelum kain dicelupkan ke dalam larutan pewarna, kain terlebih dahulu direndam dalam larutan pembasah agar warna dapat meresap dengan sempurna. Kain yang telah melalui proses pencelupan warna, kemudian menjalani tahap ‘nglorod’ atau perendaman dalam air panas untuk menghilangkan lapisan malam. Setelah itu, kain dijemur hingga kering untuk melihat hasil akhir dari karya yang telah dibuat.


Tahap pewarnaan dan ‘nglorod’ kain batik
Sembari menunggu kain mengering, mahasiswa BIPA memanfaatkan waktu untuk mewawancarai Pak Joni mengenai berbagai aspek mengenai batik, termasuk bagaimana perbedaan daerah memengaruhi motif dan warna yang digunakan. Wawancara ini merupakan bagian dari tugas mahasiswa BIPA yang bertujuan untuk membuka wawasan mereka tentang batik sebagai bagian dari identitas budaya Indonesia yang terus berkembang seiring waktu.
Sebagai penutup, kegiatan diakhiri dengan sesi foto bersama. Para mahasiswa dengan bangga memamerkan kain batik hasil karya mereka, yang menjadi bukti nyata dari pengalaman belajar yang menyenangkan dan bermakna. Kami berharap kegiatan ini tidak hanya menjadi ajang pembelajaran saja, tetapi juga dapat menumbuhkan kecintaan mahasiswa BIPA terhadap batik sebagai warisan budaya Indonesia.