Kita semua tahu bahwa Indonesia tidak hanya dikenal karena keindahan alamnya, tetapi juga karena keberagaman budayanya. Salah satu contoh nyata dari kekayaan budaya tersebut adalah batik, yang telah diakui secara internasional oleh UNESCO. Untuk mengenal batik, mempelajari proses pembuatannya, dan mencoba langsung pengalaman membatik, para mahasiswa BIPA melakukan kunjungan ke Rumah Batik Komar pada hari Kamis, 9 Januari 2025.
Pada kegiatan kali ini, terdapat 8 mahasiswa BIPA dari berbagai negara seperti Bangladesh, Sierra Leone, Uganda, Papua New Guinea, Pakistan, Aljazair, Jepang, dan Sri Lanka yang mengikuti kegiatan. Para mahasiswa BIPA ini dibimbing oleh 1 orang pengajar BIPA dan 1 orang Staf Urusan Layanan Bahasa LaC sebagai bagian dokumentasi.
Sesampainya di Rumah Batik Komar, para mahasiswa BIPA kemudian disambut oleh seorang pemandu bernama Kang Reksa. Ia kemudian menjelaskan rangkaian kegiatan yang akan dilakukan selama di sana.
Para mahasiswa BIPA disambut oleh Kang Reksa, pemandu dari Rumah Batik Komar
Kegiatan pertama yang dilakukan yaitu melihat proses pembuatan batik. Di Rumah Batik Komar sendiri, terdapat dua jenis batik, yaitu batik cap dan batik tulis. Pola pada batik cap dihasilkan dengan teknik pengecapan menggunakan canting cap dan lilin panas, sedangkan pola pada batik tulis digambar dengan membuat sketsa terlebih dahulu, yang kemudian dilanjutkan dengan proses pencantingan menggunakan canting dan lilin panas.
Proses pembuatan batik cap dan batik tulis
Setelah melihat proses pembuatan batik, para mahasiswa BIPA kemudian diberi kesempatan untuk mencoba membatik. Namun sebelum itu, Kang Reksa terlebih dahulu memberikan panduan mengenai proses membatik yang akan dilakukan. Masing-masing mahasiswa BIPA kemudian diberikan 1 kain mori berukuran 60 x 60 cm untuk membatik.
Kang Reksa memberikan panduan mengenai proses membatik
Batik yang pertama dibuat adalah batik cap. Selama proses pembuatan batik cap, para mahasiswa BIPA dapat memilih beberapa pilihan motif canting cap untuk pengecapan, seperti motif bunga, daun, monumen, hingga karakter kartun. Namun sebelum mulai mengecap, mereka harus menunggu lilin hingga panas terlebih dahulu. Setelah lilin panas, canting cap kemudian dicelupkan ke dalam lilin, lalu dicapkan pada kain sesuai pola yang diinginkan. Proses pengecapan ini dilakukan berulang kali hingga pola batik terbentuk. Selama kegiatan ini, para mahasiswa BIPA juga dibantu oleh para pemandu di sana.
Momoko, Mahasiswa dari Jepang, sedang mencoba membuat batik cap
Setelah menyelesaikan batik cap, kegiatan kemudian dilanjutkan dengan pembuatan sketsa batik tulis. Sketsa yang dibuat oleh para mahasiswa pun sangat beragam. Ada yang menuliskan nama, mencatat hari dan tanggal saat membatik, atau bahkan menambahkan hiasan pada pola batik cap yang sudah mereka buat sebelumnya. Sketsa yang telah selesai dibuat kemudian dilanjutkan dengan proses pencantingan menggunakan lilin. Setelah itu, kain kemudian didiamkan sejenak hingga lilin mengering.
Proses pembuatan sketsa batik tulis dan proses pencantingan yang dilakukan oleh mahasiswa BIPA
Setelah lilin mengering, kegiatan kemudian dilanjutkan dengan proses pewarnaan kain batik. Pertama-tama, kain direndam dalam larutan pembasah, kemudian dicelupkan ke dalam larutan pewarna. Setelah itu, kain kemudian menjalani proses ‘nglorod’ atau ‘melorod,’ yaitu merendam kain dalam air mendidih untuk menghilangkan lapisan lilin. Kain yang telah hilang lapisan lilinnya kemudian dikeringkan dengan cara dijemur.
Proses pemberian warna dan proses ‘nglorod’ atau ‘melorod’ pada kain batik
Sambil menunggu kain kering, para mahasiswa BIPA diajak untuk mengunjungi showroom Batik Komar. Di sana, mereka dapat melihat hasil-hasil batik yang dibuat oleh pengrajin di Rumah Batik Komar, dan juga beberapa produk dari kain batik seperti baju, celana, sarung, atau aksesoris.
Pak Pebby (pengajar BIPA) dan para mahasiswa BIPA mengunjungi showroom Batik Komar
Pada akhirnya, kegiatan ditutup dengan sesi foto bersama, di mana para mahasiswa BIPA berpose dengan kain batik hasil karya mereka. Setelah itu, mereka menikmati es teh lemon dari Pecah Kopi, yang juga terdapat di Rumah Batik Komar.
Para mahasiswa BIPA dengan karya hasil batik mereka
Dengan dilaksanakannya kegiatan di Rumah Batik Komar ini, diharapkan para mahasiswa BIPA dapat lebih memahami dan menghargai budaya Indonesia, khususnya seni batik sebagai salah satu warisan budaya dunia yang diakui UNESCO. Selain itu, kami juga berharap bahwa kegiatan ini dapat meningkatkan pengalaman para mahasiswa BIPA dalam mempelajari budaya Indonesia dan memberikan kesempatan bagi mahasiswa BIPA untuk melatih kemampuan bahasa Indonesia, baik melalui percakapan dengan warga lokal, melalui percakapan dengan pemandu, maupun dengan membaca informasi mengenai budaya tersebut.
Itu dia perjalanan seru kami di Rumah Batik Komar. Sampai bertemu di kegiatan lainnya bersama para mahasiswa BIPA!
Related