LaC Telkom University bersama para mahasiswa BIPA telah berkunjung ke Wana Wisata Gunung Puntang pada hari Rabu, 8 November 2023. Merupakan bagian dari program BIPA KNB dan Darmasiswa tahun 2023, kunjungan ini dilakukan sebagai tugas akhir para mahasiswa BIPA dalam melakukan observasi dan praktik Bahasa Indonesia dengan membuat vlog serta mewawancarai warga lokal dan pengunjung. Hasil dari kunjungan ini nantinya akan dipresentasikan oleh para mahasiswa saat kegiatan belajar dikelas.
Kegiatan ini diikuti oleh Bapak Pebby Ardin sebagai Koordinator BIPA, Ibu Shofa Dzulqoddah sebagai Koordinator Terjemahan Urusan Pengembangan Bahasa, Amru Fauzan Nafis sebagai staf TLH Urusan Pengembangan Bahasa, Siti Intan Chaerunnissa sebagai staf TLH Urusan Layanan Bahasa, serta 10 orang mahasiswa BIPA, yaitu Lisa Zano, Abide Mandaza, Rumbidzai Lorraine Sibanda, dan Hilton Kudzai Chironga dari Zimbabwe, Arsalan Ahmad Shakir dari Pakistan, Noormohammad Minhaj dari Bangladesh, Andrianjafimalala Harifia Domoinaniaina Claudia Valerine dan Andry Njakatiana Anthonio dari Madagaskar, Usmon Rahmonov dari Tajikistan, serta Nakekes Pokawin dari Papua Nugini.
Saat tiba di Wana Wisata Gunung Puntang, para mahasiswa BIPA langsung disambut oleh Kang Tanu dan Kang Ipit yang menjadi tour guide selama disana. Sebelum mulai eksplorasi, Kang Tanu menjelaskan terlebih dahulu rangkaian kegiatan yang akan dilakukan, seperti melihat sisa bangunan rumah peninggalan Belanda, mengunjungi Goa Belanda, mencoba kopi asli Gunung Puntang, melihat sisa bangunan Stasiun Radio Malabar, menonton video dokumentasi Owa Jawa, dan bermain ke Sungai Cigereuh yang ada di Gunung Puntang.
Mahasiswa BIPA diberi arahan oleh Kang Tanu, tour guide di Gunung Puntang
Eksplorasi dimulai dengan melihat sisa bangunan rumah peninggalan Belanda sambil menuju ke Goa Belanda. Menurut sejarahnya, gua yang memiliki panjang 165 meter dan tinggi 170 meter ini, dahulu dipakai sebagai tempat untuk menyimpan pelaratan stasiun radio, telpon, juga senjata.
Sisa bangunan rumah peninggalan Belanda di Gunung Puntang
Mahasiswa BIPA menyusuri Gua Belanda di Gunung Puntang
Setelah berjalan melewati Gua Belanda, kegiatan dilanjutkan dengan sedikit hiking menuju ke tempat untuk mencoba minum kopi khas Gunung Puntang. Kopi ini merupakan kopi jenis arabica yang ditanam di ketinggan 1200 mdpl dan merupakan salah satu kopi dengan kualitas terbaik di dunia. Para mahasiswa BIPA terlihat sangat antusias mencoba kopi asli Gunung Puntang. Mereka juga antusias bertanya kepada salah satu petani disana mengenai kopi tersebut.
Mencoba minum kopi asli Gunung Puntang yaitu kopi Puntang Wangi
Pada kegiatan selanjutnya, para mahasiswa BIPA menuju ke tempat dimana sisa bangunan Stasiun Radio Malabar masih ada. Stasiun Radio Malabar ini dulunya merupakan gedung pemancar radio VLF (very low frequency) yang digunakan pemerintah Hindia Belanda untuk berkomunikasi dengan Belanda. Didirikan pada tahun 1917 dan diresmikan pada tahun 1923, awal kehancuran bangunan Radio Malabar ini berawal karena berita akan masuknya tentara Jepang ke Bandung pada tahun 1942. Maka dari itu, dihancurkanlah beberapa peralatan penting disana oleh beberapa pegawainya karena khawatir akan digunakan untuk kampanye oleh pihak Jepang. Pada tahun 1946, bangunan Radio Malabar kemudian dihancurkan total oleh pejuang Indonesia menggunakan dinamit dalam peristiwa Bandung Lautan Api.
Sisa bangunan Stasiun Radio Malabar di Gunung Puntang
Masih di area yang sama, terdapat sebuah coffee shop bernama Berg. Disana, para mahasiswa BIPA melakukan wawancara terhadap beberapa pengunjung mengenai pendapat mereka tentang Gunung Puntang sebagai praktik berbicara Bahasa Indonesia dengan penutur asli.
Lorraine, mahasiswa BIPA dari Zimbabwe, mewawancarai salah satu pengunjung coffee shop Berg
yang ada di Guntung Puntang
Setelah mengeksplor beberapa destinasi, para mahasiswa beristirahat dahulu sejenak dan makan siang. Setelah itu, kegiatan kemudian dilanjutkan dengan menonton film dokumenter tentang Owa Jawa karena Gunung Puntang sendiri merupakan tempat pelepasan liar untuk Owa Jawa.
Sambil menonton film dokumenter, Kang Febian Maulana atau dipanggil Kang Bian, staf Yayasan Owa Jawa, membantu menjelaskan bahwa Owa Jawa ini adalah salah satu hewan yang dilindungi karena terancam punah. Salah satu alasannya yaitu karena Owa Jawa merupakan hewan yang monogami, atau hanya memiliki satu pasangan seumur hidup. Selain itu, pada video dokumenter juga dijelaskan tentang bagaimana proses untuk memonitor populasi Owa Jawa dengan konservasi.
Para mahasiswa BIPA sedang menonton dokumenter tentang Owa Jawa
Kegiatan terakhir yang dilakukan para mahasiswa BIPA yaitu bermain di Sungai Cigeureuh. Sungai ini terletak di bagian bawah, tidak jauh dengan Pusat Informasi Owa Jawa Gunung Puntang.
Pak Pebby dan para mahasiswa BIPA sedang bermain di Sungai Cigeureuh, Gunung Puntang
Kunjungan yang dilakukan LaC dengan para mahasiswa BIPA ini tentunya sangat bermanfaat dalam mengenalkan keindahan alam yang ada di Jawa Barat kepada para mahasiswa BIPA. Selama kegiatan ini, mereka mendapat ilmu baru mengenai sejarah Gua Belanda, sisa bangunan Stasiun Malabar, Owa Jawa, serta aturan-aturan yang harus dipatuhi di Gunung Puntang. Selain itu, mereka juga dapat mengasah kreativitas mereka dalam membuat vlog dan belajar bagaimana cara berinteraksi langsung dengan penutur asli Indonesia saat melakukan wawancara seputar Gunung Puntang.
Related